Senin, 31 Oktober 2011

Pengendalian Cerdas Buka Tutup Portal Kereta Api Untuk Meminimalisir Angka Kecelakaan


Keinginan pemenuhan kebutuhan manusia semakin menggebu-gebu dengan meningkatnya usia dunia. Apabila diperhatikan lalu lintas di jalan raya semakin padat saja apalagi pada saat jam-jam menjelang dan pulang kerja. Ini menunjukkan kehidupan manusia sudah tidak dapat lepas dari pola hidup yang serba cepat. Setiap menjelang jam-jam berangkat kerja maupun pulang kerja tersebut lalu lintas jalanan semakin ramai dipenuhi para hampir semua pengendara yang mirip dengan pembalap jalanan. Hal ini dilakukan karena pertimbangan dalam mengejar kebutuhan untuk memenuhi kehidupannya.
Melihat kenyataan seperti itu saya sangat prihatin dengan para pengendara yang semakin diburu oleh waktu. Di perjalanan sebenarnya banyak sekali hambatan yang hares dilalui seperti para penyeberang jalan dapat berupa mobil, sepeda motor, pejalan kaki dan Kereta Api. Tapi sebenarnya hambatan yang paling besar adalah Kereta Api karena Kereta Api sulit sekali berhenti dalam waktu singkat apabila dibandingkan dengan hambatan yang lain. Maka dari itu perlu adanya pengendalian yang cerdas dalam mengatur buka tutup portal Kereta Api agar dapat terhindar dari kecelakaan yang diakibatkan oleh Kereta Api.

Selasa, 25 Oktober 2011

Jadikan SiAmus sebagai Kemudahan dan Bukan Beban


SiAmus atau Sistem Informasi Akademik UNIMUS (Universitas Muhammadyah Semarang) dirancang sedemikian rupa dengan tujuan kemudahan dalam mengakses maupun mengentri data yang berkaitan dengan semua kegiatan Akademik di lingkungan UniversitasMuhammadyah Semarang (UNIMUS). Sehingga dengan berdirinya SiAmus ini menjadikan suasana Akademik UNIMUS menjadi efektif dan efisien baik dalam akses maupun entry data.
SiAmus memang dirancang sebagai media menghemat tenaga dalam pengelolaan Akademik yang biasanya dilakukan oleh seorang administrasi di Program Studi maupun Fakultas pada sebuah Universitas. Akan tetapi dengan berdirinya SiAmus (Sistem Informasi Akademik UNIMUS) ini akan mengubah pola yang sudah ada yaitu dengan melibatkan semua stakeholder yang terlibat seperti Mahasiswa, Dosen, Ketua Program Studi dan Administrasi sendiri. Jadi secara sepintas dengan adanya SiAmus (Sistem Informasi Akademik UNIMUS) beban tenaga Admin (Administrasi) Program Studi menjadi kebih ringan. Selain dari pada itu dengan adanya SiAmus (Sistem Informasi Akademik UNIMUS) ini dapat menunjukkan kondisi yang sesungguhnya dari realita dalam Kegiatan Belajar Mengajar  (KBM) di lingkungan kampus itu sendiri.

Rabu, 12 Oktober 2011

Belajar Dari Estafet Tunas Kelapa [Pramuka]


Kalau ingat tunas kelapa pasti ingat Pramuka. Itulah simbol yang sudah terekam dibenak kita sejak kecil hingga sekarang apalagi yang hobi dengan Pramuka termasuk saya. Saya sendiri sebenarnya tidak tahu, kenapa sejak kecil saya suka sekali dengan pramuka, bahkan sebelum masuk sekolah saya sudah memiliki baju Pramuka (minta pada orang tua untuk dibuatkan baju Pramuka lengkap dengan symbol-simbolnya). Anehnya saya tidak suka nyanyi-nyanyian atau lagu-lagu sedangkan Pramuka sangat erat sekali dengan nyanyi-nyanyi atau lagu-lagu dan permainan yang sejenisnya. Tapi kok saya tetap saja suka dengan Pramuka meskipun sekarang sudah tidak aktif. Kemungkinan yang menjadikan aku suka dengan Pramuka adalah petualangnnya seperti kemah dan jalan-jalannya kali ya…

Estafet Tunas Kelapa (ETK) merupakan tindak lanjut dari “Gerak Jalan Nonstop Cikal” yang pada awalnya tercipta dari nilai kepahlawanan Jenderal Soedirman pada waktu gerilnya mengusir penjajahan dari bumi Indonesia. Estafet Tunas Kelapa ini dilakukan sesuai dengan rute yang dilakukan para Jenderal pada saat gerilnya pada waktu itu. Dengan dilakukannya Estafet Tunas Kelapa (ETK) ini diharapkan dapat mengenang rute atau alur perjalanan gerilnya para pejuang kita zaman dahulu untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Rute gerilnya pada waktu itu adalah mencakup wilayah Salatiga, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, dan Grobogan.

Selasa, 13 September 2011

Variasi Model Halal Bi Halal di Abad Modern


Bahal Bi Halal UNIMUS
Pada hari raya idul fitri kali ini saya telah mengikuti acara halal bi halal dibeberapa tempat dengan model yang jauh berbeda natara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi sebelumnya memang saya sudah melakukan acara halal bi halal di keluarga saya sendiri dan keluarga besar antara orang tua saya dan mertua saya yang saya lakukan beserta istri dan anak-anak saya. Kegiatan ini memakan waktu yang cukup lama karena dibutuhkan perjalanan yang cukup jauh juga untuk menuju tempat orang tua saya terlebih mertua saya. Selain itu biasanya kalau sudah berkumpul dengan keluarga susah sekali untuk minta ijin pulang karena anak-anak yang masih kangen dengan keluarga tersebut.

Bentuk atau model halal bihalal lain yang yaitu halal bi halal di tempat kerja saya sendiri yaitu di Universitas Muhammadyah Semarang (UNIMUS). Halal bi halal yang dilakukan oleh UNIMUS dilakukan di Gedung Rusunawa UNIMUS (Pondok Pesantren Putri KH Sahlan Rosjidi) yang berada di belakang Gedung Rektorat UNIMUS pada hari Selasa, 6 September 2011 yang dimulai sekitar jam 09.00 WIB. Pada acara tersebut dilakukan seperti pada umumnya halal bi halal yaitu dengan mendatangkan ustad Dr. H. Yusuf Suyono, M.A. sebagai pencerahan. Setelah itu baru dilakukan ma’af-mema’afkan diantara semua hadirin.

Jumat, 09 September 2011

Filosofi Makanan Ritual dalam Penyebaran Agama Islam di Indonesia


Sebelum Bangsa Indonesia mengenal agama Islam, masyarakat penduduk setempat kebanyakan menganut agama Hindu dan budha selain ada juga yang menganut animisme dan dinamisme. Agama Hindu dan Buda memang sudah sangat lama sekali menjadi penuntun hidup umat Bangsa Indonesia sehingga semua perilaku dan tindakan Bangsa Indonesia sudah didominasi oleh aturan-aturan kedua agama tersebut.

Akan tetapi setalah datangnya para wali yang dikenal dengan wali songo dengan membawa agama yang baru yaitu islam maka lama kelamaan peradaban Bangsa Indonesia mengalami perubahan meskipun hanya sedikit demi sedikit. Hal ini deisebabkan kuatnya kepercayaan Bangsa Indonesia terhadap agama Hindu dan Buda tersebut. Meskipun demikian para wali (wali songo) memiliki cara yang sangat jeli dalam menyebarkan agama barunya itu. Cara yang ditempuhnya adalah dengan cara menyusupkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah dilakukan bertahun-tahun tersebut (kebudayaan Hindu dan Buda) dengan ajaran islam secara sedikit demi sedikit.