Keinginan pemenuhan kebutuhan manusia semakin menggebu-gebu
dengan meningkatnya usia dunia. Apabila diperhatikan lalu lintas di jalan raya
semakin padat saja apalagi pada saat jam-jam menjelang dan pulang kerja. Ini
menunjukkan kehidupan manusia sudah tidak dapat lepas dari pola hidup yang
serba cepat. Setiap menjelang jam-jam berangkat kerja maupun pulang kerja
tersebut lalu lintas jalanan semakin ramai dipenuhi para hampir semua
pengendara yang mirip dengan pembalap jalanan. Hal ini dilakukan karena
pertimbangan dalam mengejar kebutuhan untuk memenuhi kehidupannya.
Melihat kenyataan seperti itu saya sangat prihatin dengan
para pengendara yang semakin diburu oleh waktu. Di perjalanan sebenarnya banyak
sekali hambatan yang hares dilalui seperti para penyeberang jalan dapat berupa
mobil, sepeda motor, pejalan kaki dan Kereta
Api. Tapi sebenarnya hambatan yang paling besar adalah Kereta Api karena Kereta Api
sulit sekali berhenti dalam waktu singkat apabila dibandingkan dengan hambatan
yang lain. Maka dari itu perlu adanya pengendalian yang cerdas dalam mengatur
buka tutup portal Kereta Api agar
dapat terhindar dari kecelakaan yang diakibatkan oleh Kereta Api.
Kecelakaan pengendara diperlintasan Kereta Api banyak disebabkan adanya pengendara jalan yang tidak
sabar menunggu Kereta Api melintas
lebih dahulu (karena desakan semakin padatnya kesibukan). Menurut yang saya
perhatikan adalah dengan penyediaan waktu tunggu Kereta Api melintas yang terlalu lama memiliki kecenderungan angka
kecelakaan yang tinggi. Maklum, sifat manusia adalah tidak suka dengan
“menunggu”.
Seperti yang tampak pada gambar adalah contoh kesabaran
para pengendara jalan yang sudah hilang dengan berlebihnya waktu menunggu Kereta Api lewat. Meskipun portal
perlintasan Kereta Api tertutup
banyak para pengendara jalan yang nekat untuk menerobos portal. Kejadian itu
sering terjadi di perlintasan Kereta Api
Mranggen, wilayah Semarang Timur. Pemandangan ini aku ambil ketika aku dalam
perjalanan menuju tempat kerja. Hal ini kejadiannya boleh dibilang pasti.
Setiap aku menunggu Kereta Api
melintas di daerah tersebut pasti ada saja para pengendara yang nyelonong
menerobos portal Kereta Api.
Kalau aku amati memang dalam pengendalian waktu tenggang
menunggu Kereta Api yang terlalu
lama sehingga para pengendara menjadi tidak sabar menunggu.
Dalam satu hari saja terdapat 100 kali (dibulatkan) kereta lewat (24 jam x 4) kalau setiap 15 menit 1 kereta lewat jumlah antrian sepeda motor dan moda angkutan lain truk, bus, mobil pribadi 50 mobil x Rp.3.000,- (bensin yang hilang oleh sebab macet) x 100 = Rp. 15.000.000,- setahun= Rp. 5.400.000.000 untuk setiap palang kereta api. Jelas ini uang hilang percuma, sehingga presiden hendaknya berkonsentrasi pada pembangunan jalan layang disetiap perlintasan kereta api.
BalasHapus